BAB
II
GEOLOGI REGIONAL
Daerah Karangsambung berada di
Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Batas wilayah di sebelah
utara daerah ini adalah dengan wilayah Banjarnegara, di timur berbatasan dengan
wilayah Wadaslintang, di sebelah selatan berbatasan dengan wilayah Kebumen dan
di sebelah barat berbatasan dengan daerah Gombong. Secara geografis, daerah Karangsambung mempunyai koordinat 7⁰34’00” - 7⁰36’30” LS dan 109⁰37’00” - 109⁰44’00” BT. Secara
administratif, daerah pemetaan Gunung Paras termasuk kedalam Kecamatan
Karangsambung dan Kecamatan Karanggayam, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah.
Secara fisiografis, daerah Karangsambung termasuk ke dalam Zona Pegunungan
Serayu Selatan.Daerah Karangsambung memiliki elevasi ± 11m dpl dengan
morfologi yang disebut sebagai amphitheatre, merupakan suatu
antiklin raksasa yang memiliki sumbu yang menunjam (inclined anticline)
ke arah Timur Laut yang telah mengalami erosi. Daerah
Karangsambung memiliki ciri khas geologi yang sangat menarik untuk dipelajari.
Pada daerah ini terdapat batuan Pra-tersier dengan jenis batuan yang beragam
serta tatanan dan struktur geologi yang sangat kompleks. Kondisi geologi yang
kompleks ini terbentuk karena pada daerah karangsambung merupakan zona meratus,
yaitu daerah pertemuan antara lempeng (subduksi) yang terangkat. Lempeng yang saling bertabrakan tersebut membentuk boudin-boudin lonjong yang membentuk formasi
masing-masing dengan jenis batuan yang beragam. Sebelum palung subduksi
tersebut terangkat, banyak jenis batuan yang terendapkan dengan batuan
dominannya berupa batu lempung. Pada daerah ini juga ditemukan batuan yang
berada di laut dalam, karena proses pengangkatan pada zona palung subduksi
tersebut. Geologi Karangsambung mempunyai formasi yang khas jika dibandingkan
dengan daerah lain. Hal ini terlihat dari bentuk morfologi yang berbentuk
lonjong-lonjong dan berbukit dengan batuan yang berbeda-beda, stratigrafi
daerah ini sangat khas dan membentuk formasi yang beragam, struktur geologi
pada daerah ini terdiri dari lipatan, sesar dan kekar.
Gambar 1. Stratigrafi karangsambung
Morfologi yang khas ini memanjang ke arah Barat mulai dari daerah Klepoh
hingga Kali Larangan. Sayap-sayap dari antiklin raksasa tersebut membentuk
morfologi berupa perbukitan di bagian utara (G. Paras) dan Selatan (G.Brujul
dan Bukit Selaranda) dari daerah pemetaan. Perbukitan ini memiliki arah
memanjang Timur-Barat. Sumbu antiklin tersebut mengalami proses erosi yang
membentuk morfologi berupa lembah di daerah Karangsambung dengan adanya
perbukitan-perbukitan terisolasi yang berupa tubuh batuan beku (intrusi) dan
batu gamping (Jatibungkus) serta konglomerat (Pesanggrahan). Pada daerah
pemetaan, di sebelah Barat Laut dari lembah Karangsambung, terdapat perbukitan
kompleks (Pagerbako dan Igir Kenong) yang tersusun atas lithologi berupa
fragmen-fragmen raksasa batuan metamorf ( filit) dan batu sedimen laut dalam
(perselingan rijang dan gamping merah) yang tertanam di dalam massa dasar
lempung.Perbedaan morfologi di daerah ini disebabkan oleh perbedaan
karakteristik geologi yang dicerminkan oleh lithologi yang menyusun daerah
tersebut yang memiliki kekerasan dan resistensi yang berbeda-beda terhadap
erosi yang akhirnya membentuk morfologi yang khas dari daerah ini, serta
pengaruh dari struktur geologi yang berupa perlipatan dan sesar yang berkembang
di daerah Karangsambung.Daerah Karangsambung dilewati oleh sungai besar yang
disebut Sungai Luk Ulo dan sungai-sungai kecil yang bermuara di Luk Ulo. Sungai
Luk Ulo mengalir dari Utara hingga ke Selatan daerah pemetaan (membelah
perbukitan Waturanda dan Gunung Brujul) dan merupakan sungai yang telah
memasuki tahap sungai tua dicirikan oleh bentuk Luk Ulo yang meander. Sungai
Luk Ulo dan sungai-sungai kecil yang mengalir di daerah Karangsambung juga
memiliki peran penting dalam pembentukan morfologi di daerah ini berkaitan
dengan proses erosi dan sedimentasi.
Berdasarkan peta Geologi Lembar Kebumen,
Jawa (S. Asikin, A. Handoyo, H. Busono, S. Gafoer (1992), dapat diketahui bahwa
batuan di daerah ini mulai dari yang tertua (Paleosen) hingga termuda (Pliosen)
terdiri dari :
1. Kompleks Melange Luk Ulo yang berupa bongkah-bongkah batuan Pra
Tersier dengan massa dasar serpih hitam (berumur Kapur Atas).
2. Formasi Karangsambung yang tersusun oleh batulempung bersisik
dengan bongkah batugamping , konglomerat, batupasir, batugamping dan basal
(berumur Eosen). Dalam formasi ini terdapat pula batugamping terumbu yang
berupa olistolit.
3.Formasi Totogan yang tersusun oleh breksi dengan komponen
batulempung, batupasir, batugamping dan basal (berumur Oligo-Miosen)
4. Formasi Waturanda yang tersusun oleh batupasir kasar, makin ke
atas berubah menjadi breksi dengan komponen andesit, basal dan massa dasar
batupasir tuf. Dalam Formasi ini terdapat anggota tuf yang tersusun oleh
perselingan tuf kaca, tuf kristal, batupasir gampingan dan napal tufaan (berumur
Miosen Awal).
5. Formasi Penosogan yang teridiri dari perselingan batupasir
gampingan, batulempung, tuf, napal dan kalkarenit (berumur Miosen Tengah).
6. Diabas yang merupakan batuan beku intrusi hasil aktivitas
volkanik (Miosen Tengah)
7. Formasi Halang yang tersusun oleh perselingan batupasir,
batugamping, napal dan tuf dengan sisipan breksi (berumur Pliosen).
8. Formasi Peniron yang terdiri dari breksi dengan komponen
andesit, batulempung, batugamping, serta massa dasar batupasir tufan bersisipan
tuf.
9. Endapan Pantai yang berupa pasir lepas
10. Alluvium yang berupa lempung, lanau, pasir, kerikil dan kerakal
Adapun sejarah singkat mengenai Geomorfologi Regional
Karangsambung,merupakan
perbukitan struktural, disebut sebagi kompleks melange. Tinggian
yang berada didaerah ini antara lain adalah Gunung Waturanda, bukit Sipako,
Gunung Paras, Gunung brujul, serta bukit Jatibungkus. Penyajian melange di
lapangan Karangsambung merupakan dalam bentuk blok dengan skala ukuran dari
puluhan hingga ratusan meter, selain itu juga terdapat melange yang membentukl
sebuah rangkaian pegunungan. Karangsambung merupakan jejak-jejak tumbukan dua
lempeng bumi yang terjadi 117 juta tahun sampai 60 juta tahun yang lalu. Ia
juga merupakan pertemuan lempeng Asia dengan lempeng Hindia. Ia merupakan saksi
dari peristiwa subduksi pada usia yang sangat tua yaitu pada zaman Pra-Tersier.
Di daerah ini terjadi proses subduksi pada sekitar zaman Paleogene (Eosen,
sekitar 57,8 juta sampai 36,6 juta tahun yang lalu). Oleh karena itu, pada
tempat ini terekam jejak-jejak proses paleosubduksi yang ditunjukan oleh
singkapan-singkapan batuan dengan usia tua dan merupakan karakteristik dari
komponen lempeng samudera. Karangsambung merupakan tempat singkapan batuan
terbesar batuan-batuan dari zaman Pre-Tersier yang terkenal dengan sebutan Luk
Ulo Melange Complex , suatu melange yang berhubungan dengan subduksi pada zaman
Crateceous (145.5 ± 4.0 hingga 65.5 ± 0.3 juta tahunyang lalu) yang
diperkirakan berumur 117 juta tahun.Tersingkapnya batuan melange di daerah
Karangsambung ini disebabkan oleh adanya tektonik kompresional yang menyebabkan
daerah tersebut dipotong oleh sejumlah sesar-sesar naik disamping adanya
pengangkatan dan proses erosi yang intensif. Apabila diperhatikan bahwa posisi
batuan melange ini dijumpai di sekitar inti lipatan antiklin dan di sekitar
zona sesar naik dan kenyataannya pada saat sekarang posisi inti lipatan ini
berada di bagian lembah yang didalamnya mengalir aliran sungai Luk Ulo yang
menunjukan bahwa di daerah tersebut proses erosi berlangsung lebih
intensif.Melange Luk Ulo didefinisikan oleh Asikin (1974) sebagai percampuran
tektonik dari batuan yang mempunyai lingkungan berbeda, sebagai hasil dari
proses subduksi antara Lempeng Indo-Australia yang menunjam di bawah Lempeng
Benua Asia Tenggara, yang terjadi pada Kala Kapur Atas-Paleosen. Melange
tektonik ini litologinya terdiri atas batuan metamorf, batuan basa dan ultra
basa, batuan sedimen laut dalam (sedimen pelagic) yang seluruhnya mengambang di
dalam masa dasar lempung hitam yang tergerus (Scally clay). Selanjutnya penulis
ini membagi kompleks melange menjadi dua satuan berdasarkan sifat dominansi
fragmenya, yaitu Satuan Seboro dan Satuan Jatisamit. Kedua satuan tersebut
mempunyai karakteristik yang sama yaitu masa dasarnya merupakan lempung hitam
yang tergerus (Scally clay). Bongkah yang berada di dalam masa dasar berupa
boudin dan pada bidang permukaan tubuh bongkahnya juga tergerus. Beberapa macam
dan sifat fisik komponen melange tektonik ini, antara lain batuan metamorf, batuan
sedimen dan batuan beku.Morfologi perbukitan disusun oleh endapan melange,
batuan beku, batuan sedimen dan endapan volkanik Kuarter, sedangkan morfologi
pedataran disusun oleh batuan melange dan aluvium. Seluruh batuan penyusun yang
berumur lebih tua dari Kuarter telah mengalami proses pensesaran yang cukup
intensif terlebih lagi pada batuan yang berumur Kapur hingga Paleosen.Morfologi
perbukitan dapat dibedakan menjadi dua bagian yang ditentukan berdasarkan
bentuknya (kenampakannya), yaitu perbukitan memanjang dan perbukitan prismatik.
Perbukitan memanjang umumnya disusun oleh batuan sedimen Tersier dan batuan
volkanik Kuarter, sedangkan morfologi perbukitan prismatik umumnya disusun oleh
batuan yang berasal dari melange tektonik dan batuan beku lainnya (Intrusi).
Perbedaan kedua morfologi tersebut akan nampak jelas dilihat, apabila kita
mengamatinya di puncak bukit Jatisamit.Bukit Jatisamit terletak di sebelah
barat Karangsambung (Kampus LIPI). Tubuh bukit ini merupakan bongkah batuan
sedimen terdiri atas batulempung merah, rijang, batugamping merah dan chert
yang seluruhnya tertanam dalam masa dasar lempung bersisik. Pada bagian puncak
bukit inilah kita dapat melihat panorama daerah Karangsambung secara leluasa
sehingga ada istilah khusus yang sering digunakan oleh para ahli geologi
terhadap pengamatan morfologi di daerah ini yaitu dengan sebutan
“Amphitheatere”. Istilah ini mengacu kepada tempat pertunjukan dimana penonton
berada di atas tribune pertunjukan. Istilah ini digunakan karena di tempat inilah
kita dapat mengamati seluruh morfologi secara lebih jelas.Ada beberapa fenomena
geologi yang dapat dijelaskan di tempat ini, yaitu :
1. Daerah bermorfologi pedataran
Terletak di
sekitar wilayah aliran Sungai Luk Ulo. Sungai ini merupakan sungai utama yang mengalir
dari utara ke selatan mengerosi batuan melange tektonik,melange sedimenter,
sedimen Tersier (F. Panosogan. F. Waturanda, F. Halang ). Di sekitar daerah
Karangsambung, morfologi pedataran ini terletak pada inti antiklin sehingga
tidak mengherankan apabila di daerah ini tersingkap batuan melange yang berumur
tua, terdiri atas konglomerat, lava bantal, rijang, lempung merah, chert dan
batugamping fusulina. Bongkah batuan tersebut tertanam dalam masa dasar lempung
bersisik (Scally clay).
2. Morfologi perbukitan
Disusun
oleh batuan melange tektonik, batuan beku, batuan sedimen Tersier dan batuan
volkanik Kuarter. Perbukitan yang disusun oleh melange tektonik dan intrusi
batuan beku umumnya membentuk morfologi perbukitan dimana puncak perbukitannya
terpotong-potong (tidak menerus/terpisah-pisah). Hal ini disebabkan karena
masing-masing tubuh bukit tersebut (kecuali intrusi) merupakan suatu blok
batuan yang satu sama lainnya saling terpisah yang tertanam dalam masa dasar
lempung bersisik (Scally clay). Morfologi perbukitan dimana batuan penyusunnya
terdiri atas batuan sedimen Tersier dan batuan volkanik Kuarter nampak bahwa
puncak perbukitannya menerus dan relatif teratur sesuai dengan sumbu
lipatannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan bentuk perbukitan
antara batuan melange dengan batuan sedimen Tersier/volkanik.Satuan morfologi
ini dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:a. Di bagian
selatan menunjukkan struktur sinklin pada puncak Gunung
Paras.b. Di bagian timur sebelah barat memperlihatkan kenampakan
lembah yang memanjang dan melingkar menyerupai tapal kuda membentuk
amphiteatre.c. Di bagian utara sampai selatan merupakan
rangkaian pegunungan seperti Gunung Paras, Dliwang, Perahu, dan
Waturondo. Setelah dilakukan interpretasi proses pembalikan topografi, secara
detail, bentuk bentang alam dari Gunung Paras ke selatan sampai Gunung
Waturondo, direkonstruksi awalnya merupakan antikline pada lembahnya, dengan
memposisikan kelurusan puncaknya, dan Bukit Bujil sebagai pilarnya. Namun saat
ini telah mejadi puncak Gunung paras dengan struktur sinkilin dan
antikilinnya,tersusun oleh batuan Sedimentasi Breksi Volkanik. Selain itu juga,
terdapat bukit- bukit seperti Bukit Pesanggrahan, Bukit Bujil, dan Bukit Jati
Bungkus.Satuan daerah perbukitan ini, tampak bergelombang lemah dan terisolir
pada pandang luas cekungan morfologi amphiteatre. Batuan yang mengisi satuan
ini, menunjukkan Breksi Volkanik yang tersebar dari Gunung Paras sampai Gunung
Waturondo dan sinklinnya yang terlihat pada puncak Gunung Paras ke arah timur.
3. Satuan Perbukitan-Pegunungan
Kompleks Melange(Campur Aduk Batuan)
Satuan
morfologi ini memperlihatkan bukit-bukit memanjang dengan DAS Sungai Gebong dan
Sungi Cacaban yang membentuk rangkaian Gunung Wangirsambeng, Gunung Sigedag dan
Bukit Sipako. Puncak Gunung wangirsambeng berupa bentukan panorama bukit
memanjang dengan perbedaan ketinggian antara 100-300 M di atas permukaan laut.
Di daerah ini juga, nampak bentang alam yang memperlihatkan bukit-bukit
prismatic hasil proses tektonik
4. .Lajur Pegunungan Serayu Selatan
Bagian
utara kawasan geologi Karangsambung merupakan bagian dari Lajur Pegunungan
Serayu Selatan. Pada umumnya daerah ini terdiri atas dataran rendah hingga
perbukitan menggelombang dan perbukitan tak teratur yang mencapai ketinggian
hingga 520 m. Musim hujan di daerah ini berlangsung dari Oktober hingga Maret,
dan musim kemarau dari April hingga September. Masa transisi diantara kedua
musim itu adalah pada Maret-April dan September-Oktober. Tumbuhan penutup atau
hutan sudah agak berkurang, karena di beberapa tempat telah terjadi pembukaan
hutan untuk berladang atau dijadikan hutan produksi (jati dan pinus).
DAFTAR
PUSTAKA
Asikin,
S., Handoyono, A., Busono, H. Gafoer, S. 1992. “Peta Geologi Lembar Kebumen,
Jawa, Skala 1:100.000. Bandung : Pusat Penelitian dan Pengembangan Badan
Geologi
Bogss,
S Jr. 2006 “Principles of Sedimentology and Stratigraphy 4th edition” United
States of America : Person Prentice Hall
Eko,
Bobbi. 2017 “ Geologi Regional Karangsambung” (online) Tersedia di : http://geologicalmelankolia.blogspot.com/2017/03/geologi-regional-karangsambung-kebumen.html Diakses tanggal 16 Maret 2018
Widianto,
Vicky dan Ari Wibowo. 2015 “ Sedimentological Significants od deep-Water
Sedimens of Penosogan Formation in Kebumen Area, Central Java” Procedings
Seminar Nasional Kebumian Ke-8 Yogyakarta : Teknik Geologi Universitas Gadjah
Mada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar